Minggu, 04 Desember 2011

Haloalkana

sistem gerak pada manusia

Perkalian Matrik

Operasi bilangan pecahan

Sabtu, 05 Maret 2011

Perbedaan Virus dengan Organisme Lainnya.


Perbedaan Virus dengan Organisme Lainnya


Pada akhir abad ke-20 seluruh masyarakat dunia terhentak dan mengalami kecemasan yang luar biasa karena hadirnya sang pembunuh yang melumpuhkan system pertahanan tubuh manusia. Pembunuh tersebut bagaikan makhluk halus, yang siap merengut nyawa seseorang. Makhluk asing tersebut yang kemudian dikenal sebagai penyebab penyakit AIDS (Aquired Immunodefisiensi Syndrome). Selanjutnya muncul berbagai penyakit seperti, penyakit saluran pernafasan akut SARS (Severe Acute Respiratory syndrome) dan dewasa ini disusul dengan munculnya penyakit Flu burung (Avian influenza). Setelah diungkap dengan berbagai penelitian, ternyata penyakit mematikan tersebut disebabkan oleh sejenis organisme ultramikroskopis yang disebut sebagai virus. Telah puluhan ribu orang meninggal dunia akibat serangan makhluk ajaib tersebut. Makhluk sejenis apakah virus tersebut ? Kenapa bisa membunuh banyak orang ?

Virus berasal dari bahasa Yunani venom yang berarti racun. Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah ia termasuk makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati karena ia dapat dikristalka, sedangkan virus dikatakan benda hidup, karena virus dapat memperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh inang., Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga akhirnya partikel tersebut dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam dunia tersendiri yaitu virus.Virus merupakan organisme non-seluler, karena ia tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan tidak bisa membelah diri sendiri. Secara umum virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik yang mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang. Partikel virus secara keseluruhan ketika berada di luar inang yang terdiri dari asam nukleat yang dikelilingi oleh protein dikenal dengan nama virion. Virion tidak melakukan aktivitas biosinteis dan reproduksi. Pada saat virion memasuki sel inang, baru kemudian akan terjadi proses reproduksi. Virus ketika memasuki sel inang akan mengambil alih aktivitas inang untuk menghasilkan komponen-komponen pembentuk virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen. Berdasarkan sifat hidupnya maka virus dimasukan sebagai parasit obligat, karena keberlangsungan hidupnya sangat tergandung pada materi genetic inang.

Ciri-ciri dan sifat Virus

1. Ukuran Virus Ukuran virus lebih kecil dibandingkan dengan sel bakteri. Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1 μm = 1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan dalam nanometer (nm). 1 nm adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter. Virus cacar merupakan salah satu virus yang ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200 nm, dan virus polio merupakan virus terkecil yang hanya berukuran 28 nm.

2. Struktur Virus

Partikel virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk maupun komposisi kimiawinya. Bentuk-bentuk virus yang sudah diketahui ada yang serupa bola, berbentuk kotak, berbentuk batang, dan ada yang seperti hurut T. Struktur utama virus adalah asam nukleat yang dapat berupa RNA (Ribonucleic acid) atau DNA (Deoxyribonucleic acid) dan tak pernah keduanya. Asam nukleat ini dikelilingi oleh subunit protein yang disebut kapsomer. Susunan kapsomer-kapsomer tersebut membentuk mantel dinamakan kapsid. Kapid dan asam nukleat Virus dinamakan nukleokapsid. Beberapa virus memiliki struktur yang lebih kompleks seperti adanya pembungkus khusus berupa membran. Membran yang menyusun virus ini merupakan membran lipid bilayer dan protein, biasanya glikoprotein. Beberapa virus memiliki struktur yang lebih kompleks lagi. Virus yang strukturnya paling rumit adalah virus bakteriofage. Misalnya bakteriofage T4 yang menyerang bakteri Escherichia coli, memiliki ekor yang merupakan struktur kompleks. Ekor T4 disusun oleh lebihd dari 20 macam protein dan kepalanya disusun oleh beberapa protein lainnya.
a b c Gambar 1 berbagai bentuk virus a) virus nukleokapsid; b) virus bermembran;c) virus T4 (bakteriofage) 3. Klasifikasi virus Para ahli virus mengelompokkan virus berdasarkan aspek-aspek tertentu, yaitu:
1. Berdasarkan jenis inang yang diinfeksi, seperti
a. virus tanaman contoh: Tobacco mozaic virus (TMV) sejenis virus yang menyerang daun tembakau, Potato Yellow dwarf virus (virus kentang kuning)
b. vurus hewan, contoh : Rhabdovirus yang menyebabkan rabies pada anjing, NCD (New Castle Disease) yang menyebabkan penyakit tetelo pada unggas
c. virus manusia, seperti, polio, influenza, hepatitis, AIDS , SARS dan flu burung.
d. virus bakteri: bakteriofage T4
2. Berdasarkan jenis asam nukleat yang dikandung oleh virus:
a. virus RNA, contoh:virus influenza, virus HIV, corona virus (virus SARS), virus H5N1 (penyebab flu burung) dsb.
b. Virus DNA, seperti poxvirus, herpesvirus, adenovirus dsb.

4. Mengembangbiakan virus

Virus sebagaio makhluk hidup dapat dikembangbiakan di sautu laboratorium dengan teknik tertentu, seperti: a.kultur sel atau jaringan Kultur sel diperoleh dengan cara menumbuhkan sel yang diambil secara aseptik dari organ tubuh hewan percobaan. Sel dari organ tersebut kemudian dipisah-pisahkan dengan menggunakan enzim yang kemudian ditumbuhkan pada permukaan cawan petri. Sel-sel tersebut kemudian menghasilkan substrat semacam glikoprotein yang berfungsi untuk menempelkan sel pada permukaan meida setelah diinkubasi pada temperatur ruangan. Media yang digunakan untuk kultur sel terdiri dari asam amino, vitamin, garam, gula dan buffer bikarbonat. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, maka ke dalam medium ditambahkan serum dalam jumlah yang sedikit

b.embrio ayam Virus dapat dikembangbiakan pada telur ayam yang sudah berisi embrio dengan cara menyuntikkan biakan virus tersebut dengan alat khusus dan kemudian diinkubasikan, sehingga terbentuklah virus-virus baru.

5. Reproduksi Virus

Virus dapat memperbanyak diri bila partikel virus menginfeksi inang untuk mensintesa semua komponen yang diperlukan dan membentuk lebih banyak partikel virus. Komponen-komponen tersebut kemudian dirakit menjadi bentuk struktur virus dan partikel virus yang baru dibentuk itu harus keluar dari sel inang untuk dapat menginfeksi kembali sel-sel lain. Berdsarkan tahap akhir setelah asam partikel virus berada dalam sel inang akan terjadi dua kemungkinan ada yang mengalami siklus litik (sel inang pecah dan partikel virus keluar) dan ada yang permanen tetap dalam DNA sel inang berupa siklus lisogenik. Tahapan reproduksi virus secara umum dilakukan dalam tujuh langkah, yaitu: 1) Adsorpsi (penempelan) dari partikel virus (virion) pada sel inang yang sesuai. 2) Penetrasi (injeksi)dari virion atau asam nukelat virus ke dalam sel inang. 3) Tahap awal replikasi (Eklipse) dari asam nukleat virus, dalam peristiwa ini mesin bioseintesa sel inang diambil alih untuk memulai sintesa asam nukleat virus, enzim-enzim spesifik virus mulai dihasilkan dalam tahap ini. 4) Replikasi dari asam nukleat virus 5) Sintesa dari protein sub unit dari mantel virus 6) Perakitan dari asam nukleat dan protein sub unit (dan komponen membran pada virus bermembran) kedalam partikel virus. 7) Pelapasan partikel virus yang matang dari sel (lisis).

6. Beberapa Penyakit yang Disebabkan Oleh Virus

Berdasarkan sumber penularannya, penyakit yang disebabkan oleh virus dapat digolongkan kedalam empat macam, yaitu :penyakit yang ditularkan melalui udara, penyakit yang ditularkan melalui air, penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin,dan penyakit yang ditularkan melalui hewan.

a. Penyakit yang ditularkan melalui udara

1) Pilek Pilek merupakan penyakit yang umum diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa. Gejala yang diderita meliputi kelelahan, dan banyaknya lendir yang keluar dari hidung. Penyakit ini disebabkan oleh Rhinovirus (virus RNA rantai tunggal). Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 100 macam rhinovirus dengan serotipe yang berbeda. Virus-virus lain seperti adenovirus dan orthomyxovirus juga penyebab dari 10% penyakit pilek. 2) Influenza Influenza disebabkan oleh Orthomyxovirus (virus RNA). Virus ini ditularkan dari orang ke orang melalui udara, terutama dari cipratan pada saat batuk atau bersin. Virus ini kemudian menginfeksi membran mukosa saluran pernafasan atas dan kadang-kadang masuk ke dalam paru-paru. Gejala yang diderita biasanya demam ringan dari 3-7 hari, dingin, lesu, pegal linu dan sakit kepala. Gejala yang lebih berat biasanya bukan disebabkan oleh virus influenza, namun infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang masuk kedalam penderita ketika kekuatan tubuhnya mulai melemah akibat influenza yang dideritanya. 3) Campak Campak merupakan penyakit yang biasanya menyerang anak-anak. Penyakit ini ditandai dengan gejala-gejala pilek, mata merah, batuk dan panas. Penyebab campak adalah paramxovirus yang masuk melalui hidung dan tenggorokan dari udara dan secara cepat menyebar ke seluruh tubuh. Masa inkubasi penyakit campak adalah 7 – 10 hari. Komplikasi dari campak yang sering terjadi adalah infeksi telinga, pneumonia dan campak enchephalomielitis (jarang terjadi). Namun apabila enchepalomielitis terjadi maka dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf salah satu bentuk dari epilepsi. Campak enchepalomielitis merupakan penyakit yang sangat berbahaya pada anak-anak dan menjadi salah satu penyebab kematian anak. 4) Gondongan Gondongan disebabkan oleh paramyxovirus dengan tipe yang berbeda dari paramyxovirus penyebab penyakit campak. Penyakit ini diedarkan melalui cipratan yang ditularkan melalui udara yang kemudian mengalir dalam aliran darah. Penyakit gondogan ditandai dengan membengkaknya kelenjar ludah yang menyebabkan pembekakan pada rahang dan leher. Virus yang menyebar melalui aliran darah ini dapat memasuki organ lain seperti otak, testes dan pankreas. 4) SARS (Severe acute respiratory syndrome) SARS merupakan penyakit yang ditularkan melalui udara akibat cipratan dahak atau bersin orang yang mengidap penyakit tersebut. Penyakit ini menyerang saluran pernafasan,, terutama bagian paru-paru. Awalnya belum diketahui apa penyebab serangan dadakan infeksi paru-paru ini, sehingga terkesan sebagai penyakit misterius, yang tidak jelas identitas penyebabnya. Para ahli mikrobiologi menemukan virus penyebabnya penyakit tersebut dengan mengisolasi virus dari dahak pasien ternyata virus keluarga paramyxoviridae yaitu corona virus. Virus ini berkerabat dengan penyebab campak,gondongan dan influenza. 5) Flu burung Flu burung merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus H5N1 (H= Hemaglutinin, N = Neuramidase). Virus ini biasanya menyerang hewan unggas yang kemudian dapat menginfeksi manusia. Gejala-gejalanya mirip dengan influenza disertai muncul gejala sesak pernafasan.

b. Penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin

1) Herpes
Herpes simpleks virus dapat menyebabkan luka di sekitar mulut dan juga dapat menyebabkan infeksi saluran kelamin. Penyakit ini disebabkan oleh virus Herpes. Penularan virus ini adalah melalui kontak langsung dengan luka yang disebabkan karena virus tersebut. Infeksi yang disebabkan oleh Herpes virus juga berkaitan dengan daerah kelamin. Pada laki-laki luka yang terjadi adalah timbulnya bercak 271
yang sakit pada wilayah penis, sedangkan pada perempuan pada wilayah servix, vulva atau vagina. Penularan virus herpes tipe 2 adalah melalui kontak seksual.
2) AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome)
Penyakit ini dikenali pertama kali pada tahun 1981. Sejak saat itu penyakit AIDS banyak mendapat perhatian dunia. Pengobatan untuk penyakit ini sampai saat ini masih dalam tahap penelitian. AIDS disebabkan oleh virus HIV (human immunodeficiency virus) yang merupakan kelompok retrovirus. Virus ini memiliki enzim reverse transkriptase yang menggunakan RNA sebagai cetakan yang kemudian diubah menjadi DNA. Dengan demikian virus ini dapat berintegrasi dengan DNA inang. Jenis sel inang yang diserang oleh HIV adalah sel T limposit, sehingga fungsi normal T limposit sebagai sistem imun menjadi terganggu. Akibat terserang system imun maka akan menimbulkan infeksi yang kompleks yang mengakibatkan kematian pada penderita.
c. Penyakit yang ditularkan melalui hewan (zoonoses)
1) Rabies
Rabies disebabkan oleh virus dari kelompok rhabdovirus (Virus RNA). Virus ini dapat ditularkan pada manusia melalui gigitan hewan peliharaan yang menderita rabies seperti misalnya kucing, anjing dan monyet. Virus rabies menyerang sistem syaraf pusat hewan berdarah panas dan pada umumnya mengakibatkan kematian apabila tidak diobati.
2) demam berdarah Penyakit ini ditularkan melalui gigitan serangga, yaitu sejenis nyamuk Aedes aegepty. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue. Gejala penyakit ini biasanya timbul demam tinggi dan terdapat bercak-bercak merah pada permukaan kulit penderita.
d. Penyakit yang ditularkan melalui makanan Hepatitis
Hepatitis disebabkan oleh Hepatitis virus. Penyakit ini ditularkan melalui air, makanan, saliva atau susu yang terkontaminasi feses. Hepatitis virus ini dapat menyebabkan penyakit hepatitits A, B, C, D, dan E. Infeksi yang disebabkan oleh Hepatitis A dapat mengakibatkan gangguan hati apabila infeksinya bersifat kronis. Hepatitis A menyebar dari usus melalui aliran darah menuju hati dan mengakibatkan kulit dan mata berwarna kekuning-kuningan, air senin berwarna coklat akibat produksi getah empedu yang dihasilkan oleh hati yang terinfeksi virus ini tidak normal. Jenis makanan yang dapat menularkan virus ini adalah kerang yang diambil dari perairan yang tercemari feses. Namun hanya kerang mentah yang dapat menimbulkan masalah, karena virus ini akan mati dengan pemanasan. Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis yang ditularkan melalui darah yang terinfeksi. Hepatitis B dapat juga ditularkan dari ibu ke anak pada saat dalam kandungan atau melalui hubungan seksual. Hepatitis B dapat mengakibatkan gangguan hati yang lebih akut dibanding hepatitis A, dan dapat menyebabkan kematian. Hepatitis A jarang menjadi penyebab kematian. Infeksi oleh Hepatitis B juga dapat mengakibatkan mudahnya terserang kanker hati. Jenis hepatitis yang lain juga telah dikenali sebagai hepatitis C. Seperti halnya hepatitis B, hepatitis C ditularkan melalui darah dan hubungan seksual.



Tulisan yang Lain Silakan Klik

Perilaku “Spontan” dan “Reaktif” pada Hewan;>>>> Baca

Perbedaan Inovasi dan Modernisasi;>>>> Baca



Jika Anak Suka Mencuri;>>>> Baca



Sejarah Matematika dan Perkembangannya;>>>> Baca



Metode Pembinaan Etika Sopan Santun Kepada Anak;>>>> Baca



Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen ;>>>>>>>>> Baca



Selasa, 18 Januari 2011

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK PRASEKOLAH

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK PRASEKOLAH
Oleh : Ernawulan Syaodih

Pendahuluan
Perkembangan intelektual pada dasarnya berhubungan dengan konsep-konsep
yang dimiliki dan tindakan kognitif seseorang, oleh karenanya perkembangan kognitif
seringkali menjadi sinonim dengan perkembangan intelektual. Dalam proses
pembelajaran seringkali anak dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang menuntut
adanya pemecahan. Kegiatan itu mungkin dilakukan anak secara fisik, seperti mengamati
penampilan obyek yang berupa wujud atau karakteristik dari obyek tersebut. Tetapi
lebih lanjut anak dituntut untuk menanggapinya secara mental melalui kemampuan
berfikir, khususnya mengenai konsep, kaidah atau prinsip atas obyek masalah dan
pemecahannya. Ini berarti aktivitas dalam belajar tidak hanya menyangkut masalah fisik
semata, tetapi yang lebih penting adalah keterlibatannya secara mental yaitu aspek
kognitif yang berhubungan dengan fungsi intelektual.
Perkembangan kognitif menjadi sangat penting manakala anak akan dihadapkan
kepada persoalan-persoalan yang menuntut kemampuan berfikir. Masalah ini sering
menjadi pertimbangan mendasar di dalam membelajarkan mereka, khususnya yang
menyangkut isi atau kurikulum yang akan dipelajarinya.
Berkaitan dengan hal itu akan diungkapkan secara berturut-turut mengenai
pengertian-pengertian kognitif, proses perkembangan fungsi-fungsi kognitif, tahapan
perkembangan kognitif dan tinjauan perpindahan berfikir praoperasional ke operasional
konkrit

Pengertian Kognitif

Kognitif atau sering disebut kognisi mempunyai pengertian yang luas mengenai
berfikir dan mengamati. Ada yang mengartikan bahwa kognitif adalah tingkah lakutingkah
laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan
untuk menggunakan pengetahuan. Selain itu kognitif juga dipandang sebagai suatu
konsep yang luas dan inklusif yang mengacu kepada kegiatan mental yang terlibat di
dalam perolehan, pengolahan, organisasi dan penggunaan pengetahuan. Proses utama
yang digolongkan di bawah istilah kognisi mencakup : mendeteksi, menafsirkan,
mengelompokkan dan mengingat informasi; mengevaluasi gagasan, menyimpulkan
prinsip dan kaidah, mengkhayal kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi.
Bila disimpulkan maka kognisi dapat dipandang sebagai kemampuan yang
mencakup segala bentuk pengenalan, kesadaran, pengertian yang bersifat mental pada
diri individu yang digunakan dalam interaksinya antara kemampuan potensial dengan
lingkungan seperti : dalam aktivitas mengamati, menafsirkan memperkirakan,
mengingat, menilai dan lain-lain.
Proses kognitif penting dalam membentuk pengertian karena berhubungan
dengan proses mental dari fungsi intelektual. Hubungan kognisi dengan proses mental
disebut sebagai aspek kognitif.
Faktor kognitif memiliki pemahaman bahwa ciri khasnya terletak dalam belajar
memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili obyek-obyek
yang dihadapi dan dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau
lambang yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental. Dari pernyataan ini
dapat dikatakan bahwa makin banyak pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang,
makin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif orang tersebut. Lebih lanjut dapat
dijelaskan bahwa kognitif merupakan proses mental yang berhubungan dengan
kemampuan dalam bentuk pengenalan secara umum yang bersifat mental dan ditandai
dengan representasi suatu obyek ke dalam gambaran mental seseorang apakah dalam
bentuk simbol, tanggapan, ide atau gagasan dan nilai atau pertimbangan.
Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam
belajar, karena sebahagian besar aktivitasnya dalam belajar selalu berhubungan dengan
masalah mengingat dan berfikir dimana kedua hal ini merupakan aktivitas kognitif yang
perlu dikembangkan.
Hal-hal yang termasuk dalam aktivitas kognitif adalah mengingat dan berfikir.
Mengingat merupakan aktivitas kognitif dimana orang menyadari bahwa pengetahuan
berasal dari kesan-kesan yang diperoleh dari masa lampau. Bentuk mengingat yang
penting adalah reproduksi pengetahuan, misalnya ketika seorang anak diminta untuk
menjelaskan kembali suatu pengetahuan atau peritiwa yang telah diperolehnya selama
belajar. Sedangkan pada saat berfikir anak dihadapkan pada obyek-obyek yang diwakili
dengan kesadaran. Jadi tidak dengan langsung berhadapan dengan obyek secara fisik
seperti sedang mengamati sesuatu ketika ia melihat, meraba atau mendengar.
Dalam berfikir obyek hadir dalam bentuk representasi, bentuk-bentuk
representasi yang paling pokok adalah tanggapan, pengertian, atau konsep dan lambang
verbal. Makin berkembang seseorang, makin kayalah anak akan tanggapan-tanggapan.
Hubungan atas tanggapan-tanggapan mulai dipahami manakala hubungan yang satu
dengan yang lain mulai dipahami secara logis. Perkembangan berikutnya anak akan
mampu menentukan hubungan sebab akibat.

Perkembangan Struktur Kognitif

Kognisi sebagai kapasitas kemampuan berfikir dan segala bentuk pengenalan,
digunakan individu untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya. Dengan
berfungsinya kognisi mengakibatkan individu memperoleh pengetahuan dan menggunakannya.
Pada prosesnya kognisi mengalami perkembangan ke arah kolektivitas
kemajuan secara berkesinambungan.
Perkembangan struktur kognisi berlangsung menurut urutan yang sama bagi
semua individu. Artinya setiap individu akan mengalami dan melewati setiap tahapan
itu, sekalipun kecepatan perkembangan dari tahapan-tahapan tersebut dilewati secara
relatif dan ditentukan oleh banyak faktor seperti : kematangan psikis, struktur syaraf, dan
lamanya pengalaman yang dilewati pada setiap tahapan perkembangan. Mekanisme
utama yang memungkinkan anak maju dari satu tahap pemungsian kognitif ke tahap
berikutnya oleh Piaget disebut asimilasi, akomodasi dan ekuilibrium.
Asimilasi merupakan proses dimana stimulus baru dari lingkungan diintegrasikan
pada skema yang telah ada. Dengan kata lain, asimilasi merujuk pada usaha individu
untuk menghadapi lingkungan dengan membuatnya cocok ke dalam struktur organisme
itu sendiri yang sudah ada dengan jalan menggabungkannya. Proses ini dapat diartikan
sebagai suatu obyek atau ide baru ditafsirkan sehubungan dengan gagasan atau tindakan
yang telah diperoleh anak.
Asimilasi tidak menghasilkan perkembangan atau skemata, melainkan hanya
menunjang pertumbuhan skemata. Sebagai suatu ilustrasi, kepada seorang anak
diperlihatkan suatu benda yang berbentuk persegi empat sama sisi. Setelah itu
diperlihatkan persegi panjang. Asimilasi terjadi apabila anak menjawab persegi panjang
adalah persegi empat sama sisi. Jadi persegi panjang diasimilasikan dengan persegi
empat sama sisi. Hal ini karena bentuk itu dikenal anak lebih awal sementara persegi
panjang diperoleh kemudian. Jika menyangkut masalah ukuran dari bentuk tersebut
asimilasi tidak akan terjadi karena tidak cocok dengan gagasan yang telah ada. Tetapi
jika persegi empat itu dilihat sebagaimana adanya persegi empat maka hal ini merupakan
proses akomodasi.
Akomodasi merupakan proses yang terjadi apabila berhadapan dengan stimulus
baru, anak mencoba mengasimilasikan stimulus baru itu tetapi tidak dapat dilakukan
karena tidak ada skema yang cocok. Dalam keadaan seperti ini anak akan menciptakan
skema baru atau mengubah skema yang sudah ada sehingga cocok dengan stimulus
tersebut.
Akomodasi dapat dikatakan sebagai proses pembentukan skema baru atau
perubahan skema yang telah ada, seperti contoh di atas dimana persegi empat dilihat
sebagaimana adanya persegi empat.
Akomodasi menghasilkan perubahan atau perkembangan skemata atau struktur
kognitif. Asimilasi dan akomodasi berlangsung terus sepanjang hidup. Jika seseorang
selalu mengasimilasi stimulus tanpa pernah mengakomodasikan, ada kecenderungan ia
memiliki skema yang sangat besar, sehingga ia tidak mampu mendeteksi
perbedaan diantara stimulus yang mirip. Sebaliknya jika seseorang selalu
mengakomodasi stimulus dan tidak pernah mengasimilasikannya, ada kecenderungan ia
tidak pernah dapat mendeteksi perasaan persamaan dari stimulus untuk membuat
generalisasi. Oleh karenanya harus terjadi keseimbangan antara proses asimilasi dan
akomodasi yang dikaitkan sebagai equlibrium.
Berkenaan dengan perkembangan kognitif ini, Abin Syamsuddin (1990)
mengungkapkan bahwa proses perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif
menurut Piaget berlangsung mengikuti suatu sistem atau prinsip atau teknik
keseimbangan (seeking equlibrium), dengan menggunakan dua cara ialah assimilation
dan accomodation.
Teknik asimilasi digunakan apabila individu memandang bahwa obyek-obyek
atau masalah-masalah baru dapat disesuaikan dengan kerangka berfikir. Sedangkan
teknik akomodasi digunakan apabila individu memandang bahwa obyek-obyek kerangka
berfikirnya yang ada sehingga harus mengubah strukturnya.
Ekuilibrium menunjuk pada relasi antara individu dan sekelilingnya, terutama
sekali pada relasi antara struktur kognitif individu dan struktur sekelilingnya. Di sini ada
keadaan seimbang bila individu tidak lagi perlu mengubah hal-hal dalam kelilingnya
untuk mengadakan asimilasi dan juga tidak harus mengubah dirinya untuk mengadakan
akomodasi dengan hal-hal yang baru.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa perkembangan intelektual atau
perkembangan kognitif dapat dipandang sebagai suatu perubahan dari suatu keadaan
seimbang ke dalam keseimbangan baru. Setiap tahap perkembangan kognitif mempunyai
bentuk keseimbangan tertentu sebagai fungsi dari kemampuan memecahkan masalah
pada tahap itu. Ini berarti penyeimbangan memungkinkan terjadinya transformasi dari
bentuk penalaran sederhana ke bentuk penalaran yang lebih komplek, sampai mencapai
keadaan terakhir yang diwujudkan dengan kematangan berfikir orang dewasa.
Menurut Piaget pertumbuhan mental mengandung dua macam proses yaitu
perkembangan dan belajar. Perkembangan adalah perubahan struktur sedangkan belajar
adalah perubahan isi. Proses perkembangan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu heriditas,
pengalaman, transmisi sosial dan ekuilibrasi.
Heriditas diyakini Piaget tidak hanya menyediakan fasilitas kepada anak yang
baru lahir untuk menyesuaikan diri dengan dunianya, lebih dari itu heriditas akan
mengatur waktu jalannya perkembangan pada tahun-tahun mendatang. Inilah yang
dikenal dengan faktor kematangan internal. Kematangan mempunyai peranan penting
dalam perkembangan intelektual, akan tetapi faktor ini saja tidak mampu menjelaskan
segala sesuatu tentang perkembangan intelektual.
Pengalaman dengan heriditas fisik merupakan dasar perkembangan struktur
kognitif. Dalam hal ini sering kali disebut sebagai pengalaman fisis dan logika
matematis. Kedua pengalaman ini secara psikologi berbeda. Pengalaman fisis
melibatkan obyek yang kemudian membuat abstraksi dari obyek tersebut. Sedangkan
pengalaman logika matematis merupakan pengalaman dimana diabstraksikan bukan dari
obyek melainkan dari akibat tindakan terhadap obyek (abstraksi reflektif).
Transmisi sosial digunakan untuk mempresentasikan pengaruh budaya terhadap
pola berfikir anak. Penjelasan dari guru, penjelasan orang tua, informasi dari buku,
meniru, merupakan bentuk-bentuk transmisi sosial. Kebudayaan memberikan alat-alat
yang penting bagi perkembangan kognitif, seperti dalam berhitung atau membaca, dapat
menerima transmisi sosial apabila anak ada dalam keadaan mampu menerima informasi.
Untuk menerima informasi itu terlebih dahulu anak harus memiliki struktur kognitif
yang memungkinkan anak dapat mengasimilasikan dan mengakomodasikan informasi
tersebut.
Ekuilibrasi seperti yang telah dikemukakan di atas merupakan suatu keadaan
dimana pada diri setiap individu akan terdapat proses ekuilibrasi yang mengintegrasikan
ketiga faktor tadi, yaitu heriditas, pengalaman dan transmisi sosial. Alasan yang
memperkuat adanya ekuilibrasi yaitu dimana anak secara aktif berinteraksi dengan
lingkungan. Sebagai akibat dari interaksi itu anak berhadapan dengan gangguan atau
kontradiksi, yaitu apabila situasi pada pola penalaran yang lama tidak dapat menanggapi
stimulus. Kontradiksi ini menimbulkan keadaan menjadi tidak seimbang. Dalam keadaan
ini individu secara aktif mengubah pola penalarannya agar dapat mengasimilasikan dan
mengakomodasikan stimulus baru yang disebut ekuilibrasi.
Tahapan Perkembangan Kognitif
Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung
secara terus menerus dengan tidak ada lompatan. Kemajuan kompetensi kognitif
diasumsikan bertahap dan berurutan selama masa kanak-kanak Piaget melukiskan urutan
tersebut ke dalam empat tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif yaitu : (1)
tahap sensori motor, (2) tahap praoperasional, (3) tahap operasional konkrit dan (4) tahap
operasional formal. Dari setiap tahapan itu urutannya tidak berubah-ubah. Semua anak
akan melalui ke empat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena
masing-masing tahapan dibangun di atas, dan berasal dari pencapaian tahap sebelumnya.
Tetapi sekalipun urutan kemunculan itu tidak berubah-ubah, tidak mustahil adanya
percepatan seseorang untuk melewati tahap-tahap itu secara lebih dini di satu sisi dan
terhambat di sisi lainnya.
Berkaitan dengan itu maka dalam pembahasan perkembangan kognitif
sebagaimana yang dikemukakan Piaget sekaligus diungkap pula beberapa sanggahan atas
urutan dari aspek-aspek kemampuan pada tahapan-tahapan tersebut khususnya yang
berkaitan dengan tahapan praoperasional dan tahapan operasional konkrit.
a. Tahap Sensorimotor (0 - 2 tahun)
Tahap sensorimotor ini ada pada usia antara 0 - 2 tahun, mulai pada masa bayi
ketika ia menggunakan pengindraan dan aktivitas motorik dalam mengenal
lingkungannya. Pada masa ini biasanya bayi keberadaannya masih terikat kepada orang
lain bahkan tidak berdaya, akan tetapi alat-alat inderanya sudah dapat berfungsi.
Tindakannya berawal dari respon refleks, kemudian berkembang membentuk
representasi mental. Anak dapat menirukan tindakan masa lalu orang lain, dan
merancang kesadaran baru untuk memecahkan masalah dengan menggabungkan secara
mental skema dan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya. Dalam periode singkat
antara 18 bulan atau 2 tahun, anak telah mengubah dirinya dari suatu organisme yang
bergantung hampir sepenuhnya kepada refleks dan perlengkapan heriditer lainnya
menjadi pribadi yang cakap dalam berfikir simbolik.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif selama stadium sensorimotor,
intelegensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulus
sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan-tindakan konkrit dan bukan
tindakan-tindakan yang imaginer atau hanya dibayangkan saja, tetapi secara perlahanlahan
melalui pengulangan dan pengalaman konsep obyek permanen lama-lama
terbentuk. Anak mampu menemukan kembali obyek yang disembunyikan.
b. Tahap Praoperasional (2 - 7 tahun)
Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami
pengertian operasional yaitu proses interaksi suatu aktivitas mental, dimana prosesnya
bisa kembali pada titik awal berfikir secara logis. Manipulasi simbol merupakan
karakteristik esensial dari tahapan ini. Hal ini sering dimanefestasikan dalam peniruan
tertunda, tetapi perkembangan bahasanya sudah sangat pesat, kemampuan anak
menggunakan gambar simbolik dalam berfikir, memecahkan masalah, dan aktivitas
bermain kreatif akan meningkat lebih jauh dalam beberapa tahun berikutnya.
Sekalipun demikian, pemikiran pada tahap praoperasional terbatas dalam
beberapa hal penting. Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada
tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang
lain.
Berkaitan dengan masalah ini Piaget dikenal dengan eksperimennya melalui Tiga
Gunung yang sering digunakan untuk mempelajari masalah egosentrisme.
Karakteristik lain dari cara berfikir praoperasional yaitu sangat memusat
(centralized). Bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi dimentional, maka ia
akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi dan mengabaikan dimensi
lainnya. Pada akhirnya juga mengabaikan hubungannya antara dimensi-dimensi ini. Cara
berfikir seperti ini dicontohkan sebagaimana berikut : sebuah gelas tinggi ramping dan
sebuah gelas pendek dan lebar diisi dengan air yang sama banyaknya. Anak ditanya
apakah air dalam dua buah gelas tadi sama banyaknya ?. Anak pada tahap ini
kebanyakan menjawab bahwa ada lebih banyak air dalam gelas yang tinggi ramping tadi
karena gelas ini lebih tinggi dari yang satunya. Jadi anak belum melihat dua dimensi
secara serempak.
Berfikir praoperasional juga tidak dapat dibalik (irreversable). Anak belum
mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan melakukan tindakan tersebut sekali
lagi secara mental dalam arah yang sebaliknya. Dengan demikian bila situasi A beralih
pada situasi B, maka anak hanya memperhatikan situasi A, kemudian B. Ia tidak
memperhatikan perpindahan dari A ke B.
c. Tahap Operasional Konkrit (7 - 11 Tahun)
Tahap operasional konkrit dapat digambarkan pada terjadinya perubahan positif
ciri-ciri negatif tahap preoprasional, seperti dalam cara berfikir egosentris pada tahap
operasional konkrit menjadi berkurang, ditandainya oleh desentrasi yang benar, artinya
anak mampu memperlihatkan lebih dari satu dimensi secara serempak dan juga untuk
menghubungkan dimensi-dimensi itu satu sama lain. Oleh karenanya masalah konservasi
sudah dikuasai dengan baik.
Desentrasi dan konservasi ditunjukkan dalam eksperimen Piaget yang terkenal
mengenai konservasi, yaitu konservasi cairan. Anak diperlihatkan kepada dua gelas
identik, kedua gelas tadi berisikan jumlah air yang sama banyaknya. Setelah anak
mengetahui bahwa kedua gelas berisi air berada dalam jumlah yang sama, si peneliti
menuangkan air dari satu gelas ke dalam gelas yang lebih tinggi dan kurus. Anak
kemudian ditanya, apakah gelas yang lebih tinggi itu berisikan air dalam jumlah yang
sama, lebih banyak atau lebih sedikit dibandingkan dengan gelas yang satunya ?.
anak pada tahap operasional konkrit mengetahui bahwa jumlah cairan tetap sama, bahwa
suatu perubahan dalam satu dimensi yaitu tinggi cairan di dalam gelas dapat diimbangi
dengan perubahan yang sebanding dalam dimensi lain yaitu lebar gelas. Sama halnya ia
dapat mengerti bahwa jumlah tanah liat pada sebuah balok tidak berubah bila bentuknya
diubah.
Dalam eksperimen konservasi jumlah yang tipikal, satu barisan yang terdiri dari 5
kancing dideretkan di atas satu barisan yang juga terdiri dari 5 kancing sehingga kedua
barisan sama panjangnya. Si anak setuju bahwa kedua barisan memiliki jumlah kancing
yang sama. Namun, apabila satu barisan dipendekkan dengan jalan merapatkan jarak
kancing-kancingnya, anak praoperasional mungkin mengatakan bahwa barisan yang
panjang mempunyai kancing lebih banyak. Anak pada tahap operasional konkrit tahu
bahwa penyusunan ulang kancing-kancing tersebut tidak mengubah jumlahnya.
Menurut Piaget, anak pada tahap ini mengerti masalah konservasi karena mereka
dapat melakukan operasi mental yang dapat dibalikan (reversable).
Reversable transformation (transformasi bolak-balik) terjadi dalam dua bentuk
yaitu ; (1) inversion (kebalikan) + A kebalikan dari - B (penjumlahan kebalikan
pengurangan, perkalian kebalikan pembagian), (2) recipocity (timbal balik), A < B
timbal balik dengan B > A (luas permukaan air pada sebuah gelas kompensasi dari tinggi
permukaan air dan tinggi permukaan air kompensasi dari luas permukaan air). Ketika
sebuah obyek mengalami perubahan kuantitasnya tidak berubah. Hal ini oleh Piaget
disebut konservasi.
Seriasi adalah satu lagi karakteristik tahap operasional konkrit yang merupakan
kemampuan menyusun obyek menurut beberapa dimensi seperti berat atau ukuran.
Seriasi mengilustrasikan penangkapan anak akan satu hal dari prinsip logis yang penting
dan disebut transivitas, yang mengatakan bahwa ada hubungan tetap tertentu diantara
kualitas-kualitas obyek. Misalnya, bila A lebih panjang dari B, dan B lebih panjang dari
C, maka A pasti lebih panjang dari C. Anak-anak pada tahap ini tahu keabsahan kaidah
itu sekalipun mereka tidak pernah melihat obyek A, B, dan C. Kompetensi yang oleh
Piaget dinamakan seriasi sangat penting untuk pemahaman hubungan bilangan
khususnya dalam matematik.
Pemahaman lain pada tahap operasional konkrit, dapat menalar serentak
mengenai bagian dan keseluruhan yang dikenal dengan istilah inklusi kelas. Pemahaman
mengenai inklusi kelas ini mengilustrasikan prinsip logis bahwa ada hubungan hirarkis
diantara kategori-kategori.
Apabila anak pada tahap ini dihadapkan kepada delapan permen kuning dan
empat permen coklat, kemudian ditanya, “mana permen yang lebih banyak, permen
kuning atau lebih banyak permen coklat ?”. Anak yang berumur 5 tahun akan
mengatakan “lebih banyak permen kuning”. Jawaban ini menurut Piaget, mencerminkan
ketidakmampuan anak untuk bernalar mengenai bagian atau keseluruhan secara serentak.
Walaupun pada anak-anak ini lebih pesat melampaui anak-anak praoperasional
dalam penalaran, pemecahan masalah dan logika. Pemikiran mereka masih terbatas pada
operasi konkrit. Pada tahap ini anak dapat mengkonservasi kualitas serta dapat
mengurutkan dan mengklasifikasikan obyek secara nyata. Tetapi mereka belum dapat
bernalar mengenai abstraksi, proposisi hipotesis. Jadi mereka mengalami kesulitan untuk
memecahkan masalah secara verbal yang sifatnya abstrak. Pemahaman terakhir ini baru
dicapai pada tahap oprasional formal.
d. Operasional Formal ( 11 - 16 tahun)
Pada tahap operasional formal anak tidak lagi terbatas pada apa yang dilihat atau
didengar ataupun pada masalah yang dekat, tetapi sudah dapat membayangkan masalah
dalam fikiran dan pengembangan hipotesis secara logis. Sebagai contoh, jika A < B dan
B < C, maka A < C. Logika seperti ini tidak dapat dilakukan oleh anak pada tahap
sebelumnya.
Perkembangan lain pada tahap ini ialah kemampuannya untuk berfikir secara
sistematis, dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan secara teratur atau sistematis
untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini anak dapat memprediksi berbagai
kemungkinan yang terjadi atas suatu peristiwa. Misalnya ketika mengendarai sebuah
mobil dan tiba-tiba mobil mogok, maka anak akan menduga mungkin bensinnya habis,
businya atau platinanya rusak dan sebab lain yang memungkinkan memberikan dasar
atas pemikiran terjadinya mobil mogok. Perkembangan kognitif pada tahapan ini
mencapai tingkat perkembangan tertinggi dari tahapan yang dijelaskan Piaget.
Tinjauan Perpindahan Berfikir Praoperasional ke Operasional Konkrit
Dari uraian mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif di atas, ada sejumlah
tugas-tugas yang dapat menggambarkan perpindahan dari berfikir praoperasional ke
operasional konkrit. Tugas-tugas itu dapat dipandang sebagai tugas-tugas kriterium,
artinya bila anak dapat menyelesaikan tugasnya maka ia ada dalam stadium operasional
konkrit”. Lebih lanjut digambarkan tugas-tugas yang dimaksudkan adalah sebagai
berikut :
1. mengatur secara serial : Pada tahapan ini bila anak diberi tugas untuk mengatur
beberapa tongkat yang berlainan panjangnya, maka pada anak tahap praoperasional
tidak mampu untuk mengatur menurut panjang dan pendeknya tongkat tersebut. Lain
halnya dengan anak yang sudah berada pada tahap operasional konkrit, ia dapat
melakukan hal seperti itu. Kondisi ini menunjukkan bahwa anak telah memahami
adanya hubungan tetap tertentu diantara kualitas-kualitas obyek. Berfikir relasional
antara lebih tinggi, lebih pendek pada tahap operasional konkrit telah disadari.
Berfikir relasional adalah ilustrasi lain dari kemampuan untuk memikirkan lebih dari
satu peristiwa secara serentak, karena cara berfikir ini mengisyaratkan perbandingan
dua obyek atau lebih.
2. Klasifikasi : pada tahap praoperasional umur 5 - 7 tahun, anak telah memiliki
kemampuan untuk mengklasifikasi beberapa hal sebagai berikut :
- Semua balok dipisahkan menurut dimensi bentuk atau menurut warnanya secara
tepat. Jadi anak melihat dalam satu dimensi
- Belum mempunyai pengertian akan operasi logis dalam inklusi kelas, artinya
pengertian yang benar mengenai hubungan antara bagian-bagian daripada
keseluruhan, antara keseluruhan dan bagian-bagian, dan di antara bagian dan
bagian. Ketidakmampuan pada umur 5 - 7 tahun untuk mengerti hal ini
diterangkan Piaget dengan hipotesa bahwa anak belum dapat menilai dua macam
dimensi yang berbeda (di sini keseluruhan dan bagian) dalam satu situasi
pengamatan yang sama.
- Perolehan tentang inklusi kelas pada tahap operasional konkrit dicapai dengan
baik antara usia 8 tahun.
3. Konservasi : Kemampuan dalam konservasi jumlah, panjang, substansi/isi, berat,
banyak air dan volume air dan luas belum dicapai pada tahap preoprasional, dan baru
dipahami pada tahap operasional konkrit.
4. berfikir egosentris : Pada tahap preoprasional dikatakan cenderung bersifat
egosentris, dimana anak belum mampu melihat sesuatu dari sudut perspektif orang
lain. Pembuktian ini dilakukan Piaget melalui tes tiga gunung. Pada tahap
operasional konkrit anak sudah mulai melepaskan dan dapat melihat sebagaimana
adanya yang dilihat orang lain. Pernyataan ini telah banyak dibantah orang, seperti
yang dibuktikan Margaret Donalson (1978) dengan menggunakan alat papan
menyilang dan tiga geometri (tiga dimensi) sebagai modifikasi dari tiga tes tiga
gunung.
Bantahan-bantahan seperti yang dipaparkan di atas ternyata dalam hal-hal tertentu
anak pada tahapan preoprasional dapat melakukan tugas sebagaimana yang dilakukan
anak pada tahap operasional konkrit. Jika hal ini benar, maka ada indikasi lain yang
memungkinkan terjadinya pergeseran perkembangan kognitif pada anak. Indikasi ke arah
itu memang sangat memungkinkan karena kondisi lingkungan dan pengalaman anak saat
ini sangat berbeda dari kondisi lingkungan saat itu.
Jika kita melihat keberadaan lingkungan, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dengan sarana dan prasarananya yang lengkap serta intervensi pendidikan secara dini dengan waktu belajar yang lebih banyak memungkinkan untuk mendorong anak lebih ke arah berfikir yang lebih kritis. Para ahli pendidikan yakin, bahwa lingkungan yang baik akan memberikan konstribusi yang baik pula terhadap perkembangan belajar anak.

Referensi

Hadis, Fawzia Aswin, (tt). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Helms D.B. & Turner, J.S. (1983). Exploring Child Behavior. New York : Holt
Rinehartand Winston.
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Child Development. Sixth Edition. New York : Mc. Graw
Hill. Inc.
Seifert, Kelvin L. & Hoffnung, Robert J. (1991). Child and Adolescent Development,
Second Edition. Boston : Houghton Mifflin Company.
Vasta, Ross. Haith, Marshall M & Miller, Scott A. (1992). Child Psychology, The
Modern Science. Canada : John Wiley & Sons. Inc.

Label:

Berhasil Semuda Mungkin

Berhasil semuda mungkin bag 1

Google Groups
Pencariilmu
Kunjungi grup ini
Akses Internet Murah
3 Kunci + Rumus Sukses Bisnis di Internet
Kami promosikan usaha anda di 115 situs iklan baris
Punya web/blog bisa dapat duit kayak ADSENSE
VCD Lesson Musik
Punya web/blog bisa dapat duit kayak ADSENSE

Get logo Here


Kampanyekan Anti Narkoba tempatkan logo berikut di blog anda


Get logo Here

Your Ad Here