PELESTARIAN, MACAM SIFAT BAHAN PUSTAKA, DAN LATAR BELAKANG SEJARAHNYA
PELESTARIAN, MACAM SIFAT BAHAN PUSTAKA, DAN LATAR BELAKANG SEJARAHNYA
Pengantar, Tujuan dan Fungsi Pelestarian
Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan, sehingga harus dilestarikan mengingat nilainya yang mahal. Bahan pustaka di sini berupa terbitan buku, berkala (surat kabar dan majalah), dan bahan audiovisual seperti audio kaset, video, slide dan sebagainya.
Pelestarian bahan pustaka tidak hanya menyangkut pelestarian dalam bidang fisik, tetapi juga pelestarian dalam bidang informasi yang terkandung di dalamnya.
Maksud pelestarian ialah mengusahakan agar bahan pustaka yang kita kerjakan tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal, diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan.
Tujuan pelestarian bahan pustaka dapat disimpulkan sebagai berikut:
-
menyelamatkan nilai informasi dokumen
-
menyelamatkan fisik dokumen
-
mengatasi kendala kekurangan ruang
-
mempercepat perolehan informasi
Pelestarian bahan pustaka memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
-
melindungi
-
pengawetan
-
kesehatan
-
pendidikan
-
kesabaran
-
sosial
-
ekonomi
-
keindahan
Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka adalah:
-
manajemen
-
tenaga yang merawat bahan pustaka
-
laboratorium
-
dana
Sejarah Bahan Pustaka dan Cara Perawatannya
Bahan pustaka terdiri atas berbagai jenis dan bermacam sifat yang dimilikinya. Dari sejarahnya, manusia menggunakan berbagai medium untuk merekam hasil karya mereka. Bahan yang dipergunakan sesuai dengan pengetahuan manusia serta teknologi pada zamannya.
Bahan yang dikenal sebagai medium perekam hasil budaya manusia adalah: (1) tanah liat, (2) papyrus, (3) kulit kayu, (4) daun tal atau lontar, (5) kayu, (6) gading, (7) tulang, (8) batu, (9) logam (metal), (10) kulit binatang, (11) pergamen (parchmental) dan vellum, (12) leather (kulit), (13) kertas, (14) papan, (15) film, (16) pita magnetik, (17) disket, (18) video disk dan lain-lain. Semua bahan di atas bisa digolongkan sebagai bahan pustaka.
Pustakaan dewasa ini terbuat dari kertas. Sedangkan di masa mendatang mungkin isi sebuah perpustakaan berupa kumpulan disket, karena teknologi komputer memungkinkan demikian.
Kertas bisa dibuat dari berbagai serat yaitu:
-
serat binatang
-
serat bahan mineral
-
serat sintetis
-
serat keramik
-
serat tumbuh-tumbuhan.
Kekuatan kertas tergantung dari kekuatan serat sebagai bahan dasarnya.
Bahan pustaka yang lain ialah bahan non-buku yang juga disebut bahan audiovisual, media teknologi, alat peraga dan sebagainya. Materi bahan non-buku begitu bervariasi. Karena itu dalam memelihara bahan non-buku diperlukan berbagai keahlian dan keterampilan khusus. Kita harus memahami apa yang disebut dengan hardware atau perangkat keras dan software atau perangkat lunak. Harus kita fahami cara meng-operasikan peralatan, cara memperbaiki kalau ada kerusakan, dan bisa memeliharanya sehingga bahan-bahan tersebut awet dan lestari.
Macam Perusak Bahan Pustaka
Selain manusia dan hewan, debu, jamur, zat kimia dan alam semesta juga bisa merusak bahan pustaka. Agar bahan pustaka tidak lekas rusak, setiap pustakawan harus mengetahui cara-cara merawat bahan pustaka. Karena itu, setiap pustakawan hendaknya mengetahui cara menyusun kembali dan mengangkut buku untuk dikembalikan ke rak, cara mengontrol buku yang dikembalikan oleh pembaca apakah pembaca merusakkan buku atau tidak. Mencegah masuknya binatang mengerat dan serangga ke perpustakaan juga merupakan hal penting yang harus diketahui seorang pustakawan. Begitu pula cara menghindari debu masuk ke perpustakawan cara, mengontrol suhu dan kelembaban ruangan.
Tempatkan kapur barus dan akar “loro setu” di antara buku-buku agar serangga segan menghampirinya. Yang paling baik ialah menyediakan ruangan khusus untuk perbaikan bahan pustaka dengan petugasnya sekaligus, sehingga kalau diperlukan perbaikan bahan pustaka, dapat dikerjakan dengan cepat. Jangan menunggu kerusakan menjadi lebih berat.
Cepatlah bertindak, jagalah selalu kebersihan dan kerapihan sehingga mengundang pembaca untuk memakai perpustakaan dengan baik, dan bagi pustakawan sendiri akan semakin senang bekerja dengan baik.
Perbaikan Bahan Pustaka dan Restorasi
Sebagai pustakawan kita harus dapat memperbaiki dokumen yang rusak, baik itu kerusakan kecil maupun kerusakan berat. Perpustakaan sebaiknya memiliki ruangan khusus untuk melakukan pekerjaan ini. Menambah buku berlubang oleh larva kutu buku atau sebab lainnya, menyambung kertas yang robek, atau menambal halaman buku yang koyak adalah pekerjaan yang mesti dapat dikerjakan. Mengganti sampul buku yang rusak total, menjilid kembali, atau mengencangkan penjilidan yang kendur adalah pekerjaan yang harus dikuasai oleh seorang restaurator. Berbagai macam kerusakan yang lain yang mungkin terjadi, tidak boleh ditolak oleh bagian pelestarian ini. Peralatan yang diperlukan, serta bahan dan cara mengerjakan perbaikan ini harus dipelajari benar-benar oleh seorang pustakawan atau teknisi bagian pelestarian.
PENCEGAHAN KERUSAKAN BAHAN PUSTAKA
Mencegah Kerusakan Bahan Pustaka
Setiap pustakawan harus dapat mencegah terjadinya kerusakan bahan pustaka. Kerusakan itu dapat dicegah jika kita mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebabnya.
Faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka bermacam-macam bisa oleh manusia, oleh tikus, oleh serangga, dan lain-lain. Penggunaan sistem pengumpanan, peracunan buku, penuangan larutan racun ke dalam lubang rayap, memberikan lapisan plastik pada lantai dan menempatkan kapur barus di rak merupakan cara untuk dapat mencegah kerusakan bahan pustaka. Tentu saja pencegahan yang berhasil akan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi perpustakaan.
Dalam kegiatan belajar 2 dibicarakan cara mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur,oleh banjir,oleh api, dan oleh debu. Dalam mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur disarankan agar kelembaban udara ruangan harus dijaga tidak lebih dari 60% RH.
Kapur sirih,arang ,silicagel atau mesin penyerap uap air yang bernama DEHUMIDIFIER dapat digunakan untuk menyerap uap air. Pemeriksaan kelembaban udara ruangan dan pembubuhan obat anti jamur pada buku merupakan salah satu cara mencegah kerusakan bahan pustaka.
Pencegahan kerusakan bahan pustaka karena banjir dapat dilakukan dengan cara membersihkan lumpur dan pengeringan bahan pustaka. Hendaknya bahaya banjir bisa diantisipasi. Kerusakan oleh api dapat dicegah dengan menghindari kebakaran di antaranya dengan memeriksa kondisi kabel listrik secara rutin, penyediaan alat pemadam kebakaran, serta adanya aturan yang ketat misalnya dilarang merokok.
FUMIGASI, DEASIDIFIKASI, DAN LAMINASI
Fumigasi
Agar bahan pustaka bebas dari penyakit, kuman, serangga, jamur, dan lainnya, bahan pustaka perlu diasapkan dengan bahan kimia tertentu yang disebut dengan fumigasi. Dalam mengadakan fumigasi pustakawan harus memperhitungkan jumlah bahan yang akan difumigasi dan luas ruang yang diperlukan. Dengan memperhatikan ruang yang ada maka dipilih pula fumigant yang akan dipergunakan, jenis-jenis fumigant, jumlah yang diperlukan serta lama fumigasi.
Pustakawan juga harus memperhatikan bahaya dari pemakai zat-zat kimia untuk fumigasi. Tidak satu pun bahan kimia dapat dipakai tanpa alat pengaman, atau tanpa supervisi oleh orang yang berpengalaman dalam bidang ini.
Menghilangkan Keasaman pada Kertas
Keasaman yang terkandung dalam kertas menyebabkan kertas itu cepat lapuk, terutama kalau kena polusi. Bahan pembuat kertas merupakan bahan organik yang mudah bersenyawa dengan udara luar. Agar pengaruh udara tersebut tidak berlanjut, maka bahan pustaka perlu dilaminasi. Agar laminasi efektif, sebelum dikerjakan, bahan pustaka dihilangkan atau diturunkan tingkat keasamannya. Ada dua cara menghilangkan keasaman pada bahan pustaka, yaitu cara kering dan cara basah. Sebelum ditentukan cara yang mana yang tepat, maka perlu diukur tingkat keasaman pada dokumen. Ada berbagai alat pengukur tingkat keasaman dokumen yang dibicarakan dalam bahan pustaka ini, sehingga pustakawan dapat memilih cara mana yang paling mungkin untuk dikerjakan sesuai dengan kondisinya.
Tinta yang dipergunakan untuk menulis bahan pustaka sangat menentukan apakah bahan pustaka akan dihilangkan keasamannya secara basah, atau secara kering. Kalau tinta bahan pustaka luntur, maka cara keringlah yang paling cocok. Kalau menggunakan cara basah, harus diperhatikan cara pengeringan bahan pustaka yang ternyata cukup sukar dan harus hati-hati. Kalau hanya sekedar mengurangi tingkat keasaman kertas dan tidak akan dilaminasi, kiranya cara kering lebih aman, sebab tidak ada kekhawatiran bahan pustaka robek. Cara kering ini dapat diulang setiap enam bulan, sampai bahan pustaka dimaksud sudah kurang keasamannya dan dijamin lebih awet.
Laminasi dan Enkapsulasi
Setelah kertas dihilangkan atau dikurangi sifat asamnya, maka untuk memperpanjang umur bahan pustaka perlu diadakan pelapisan atau laminasi, terutama bahan pustaka yang lapuk atau robek sehingga menjadi tampak kuat atau utuh kembali. Ada 2 cara laminasi yaitu laminasi dengan mesin dan dengan cara manual.
Pertimbangan yang perlu diambil dalam melaminasi suatu bahan adalah bahan tersebut harus bersih dan dikurangi tingkat keasamannya. Cara lain selain laminasi adalah enkapsulasi. Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari kerusakan fisik misalnya rapuh karena umur. Yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan enkapsulasi adalah kertas harus bersih, kering dan bebas asam.
PENJILIDAN
Mengenal Bahan Jilidan
Buku bukan merupakan tumpukan kertas yang berdiri sendiri, tapi merupakan struktur yang satu sama lain saling terikat. Struktur buku terdiri atas: segi, foredge, kertas hujungan, badan buku, papan jilidan, ikatan timbul, groove, tulang pita kapital dan sebagainya. Agar struktur itu tidak lepas satu sama lainnya, maka buku perlu dijilid.
Perlengkapan penjilidan meliputi: pisau, palu, pelubang, gunting, tulang pelipat, penggaris besi, kuas, gergaji, jarum, benang, pengepres, pemidang jahit, mesin potong dan sebagainya.
Mutu kualitas jilid selain ditentukan oleh kemahiran dalam bekerja juga ditentukan oleh bahan yang digunakan.
Bahan penjilid meliputi kertas, kain linen, perekat, benang dan kawat jahit. Arah serat kertas merupakan hal yang penting bagi pekerjaan penjilidan. Arah serat yang salah akan mengakibatkan jilidan tidak rapi dan lemah.
Menyiapkan Penjilidan dan Jenis-jenis Penjilidan
Sebelum dijilid, buku perlu dipersiapkan secara baik. Kekeliruan atau kekurangan dalam persiapan, dapat berakibat fatal dan mengecewakan. Juga merupakan pemborosan jika harus dijilid ulang. Persiapan penjilidan meliputi dua hal yaitu: (1) penghimpunan kertas-kertas atau bahan pustaka, (2) penggabungan. Penghimpunan harus dikerjakan secara teliti, jangan salah mengurutkan nomor halaman. Kalau majalah, jangan salah mengurutkan nomor penerbitannya. Panjang-pendek, serta lebar kertas harus disamakan. Rapihkan sisi sebelah kiri agar pemotongan dan perapihan dapat dikerjakan untuk ketiga sisi yang lain. Petunjuk penjilidan harus disertakan, agar hasilnya sesuai dengan yang kita kehendaki.
Dalam melakukan penggabungan kita harus melihat jilidan macam apa yang dikendaki sesuai dengan slip petunjuk penjili dan.
Ada lima macam jilidan yang dapat dipilih: (1) jilid kaye, (2) signature binding, (3) jilid lem punggung, (4) jilid spiral, (5) jilid lakban.
PETA, SLIDE, FOTO KOPI DAN TINTA
Pelestarian Koleksi Peta
Peta merupakan salah satu sumber informasi untuk menunjang penelitian, pendidikan, maupun untuk keperluan bisnis. Karena itu ada bermacam-macam jenis peta, misalnya peta geografis, peta perdagangan, peta bahasa, peta navigasi, peta hasil bumi dan sebagainya.
Pelestarian koleksi peta merupakan pengetahuan yang harus dimiliki oleh petugas perpustakaan maupun oleh petugas bagian pelestrian. Peta adalah bahan pustaka yang unik, sebab bentuk dan ukuran, serta informasi yang terkandung di dalamnya begitu beraneka ragam. Dengan banyaknya bentuk dan ukuran tersebut maka diperlukan ruang penyimpanan yang beragam pula.
Berbagai jenis kerusakan pada peta antara lain kerusakan karena faktor kimiawi dan kerusakan karena faktor mekanis.
Slide
Slide merupakan salah satu jenis bahan audio-visual yang banyak dipergunakan di perpustakaan terutama untuk mendukung pengajaran dan penelitian.
Slide juga memerlukan pemeliharaan secara hati-hati. Tempat penyimpanan harus bebas dari cahaya langsung dari luar, debu serta kelembaban. Slide yang berserakan akan mudah rusak karena kena debu serta goresan.
Slide tidak dapat dibaca dengan mata telanjang. Untuk membaca slide, harus menggunakan alat yang disebut proyektor. Karena itu proyektor harus selalu dirawat agar slidenya dapat dimanfaatkan setiap saat.
Foto Kopi dan Tinta
Dewasa ini banyak perpustakaan menggunakan foto kopi terutama untuk melestarikan koleksinya yang sudah rusak dan langka, sehingga bisa dipinjamkan pada pemakai. Tetapi foto copi sebagai sarana pelestarian dokumen masih kontroversi.
Tinta ternyata merupakan komponen pembuat buku yang sangat penting dan beraneka ragam. Sejak 2.500 tahun Sebelum Masehi tinta sudah dikenal oleh bangsa Mesir dan bangsa Cina. Sampai ditemukannya mesin cetak pada pertengahan abad ke-15, tinta tulis memiliki peranan yang paling penting dalam produksi buku. Setelah mesin cetak diketemukan, bentuk tintanyapun menyesuaikan dengan keperluan percetakan. Tentu saja banyak variasi soal kualitas, warna dan harganya. Tiga macam jenis tinta ialah: 1) tinta tulis, 2) tinta ball point dan 3) tinta cetak.
Tinta juga dapat meningkatkan keasaman pada kertas, sehingga dengan jenis tinta tertentu misalnya iron gall dapat merusak kertas dengan cepat.
PELESTARIAN NILAI INFORMASI
Bentuk Mikro
Dalam mengatasi kekurangan tempat atau ruangan di perpustakaan dan juga melestarikan informasi dari buku-buku yang sudah lapuk, maka diperlukan alih bentuk dokumen. Alih bentuk yang terkenal ialah bentuk mikro atau lazim disebut mikrofilm. Kelebihan bentuk mikro adalah: hemat ruang, aman dari pencurian, mudah direproduksi dan murah, mudah diakses, akurat dan ekonomis.
Kekurangan bentuk mikro, misalnya harus memakai alat baca yang harganya cukup mahal, dan selalu berubah mutu serta semakin mahalnya alat baca menjadi kendala bagi perpustakaan. Membaca dengan alat baca yang kaku mengurangi kenyamanan pembacanya. Untuk mengatasi hal tersebut diberikan alternatif membuat hard copy yang dapat dibaca dan dibawa sekehendak pembacanya.
CD-ROM (Compact Disk-Read Only Memory)
Teknologi video disk, yang semula dicobakan untuk pelestarian di The Library of Congress tahun 1982, ternyata telah berkembang lebih maju untuk penyimpanan, pengolahan, dan penemuan informasi yang handal dewasa ini.
Sebagai pustakawan di zaman modern ini kiranya tidak salah kalau Anda mempunyai gambaran mengenai teknologi informasi yang memberikan banyak harapan bagi produksi, pengolahan, pemakaian dan pelestarian informasi. Kemudahan untuk menemukan kembali informasi yang telah disimpan dalam disk, misalnya dalam bentuk CD-ROM inilah yang memberikan prospek cerah bagi perkembangan layanan perpustakaan.
Sesuai dengan namanya, data atau informasi digital yang sudah direkam di dalam CD-ROM tidak dapat dihapus atau ditambah pemakai, tetapi hanya dapat dibaca saja oleh pemakai.
Beberapa keunggulan dari CD-ROM:
PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DI BERBAGAI NEGARA
Keadaan Pelestarian Bahan Pustaka di Inggris
Tokoh kawakan Languell yang menerbitkan bukunya tahun 1957 memberikan gagasan tentang perlunya pelestarian bahan perpustakaan pada masa itu. Melalui diskusi dan pertemuan tahunan dari asosiasi perpustakaan di Inggris, mereka semakin yakin bahwa bagian pelestarian makin diperlukan. Dengan bukunya yang baru terbit tahun 1991 John Feather melukiskan bahwa kegiatan pelestarian bahan pustaka tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan manajemen koleksi perpustakaan. Buku ini semakin memberikan kepercayaan bagi pustakawan di Inggris, bahwa bagian pelestarian sangat diperlukan. Berbagai masalah yang mereka hadapi, misalnya tentang mahalnya buku dan terbatasnya anggaran perpustakaan mengharuskan pustakawan untuk berpaling kepada pelestarian.
Faktor pendukung yang ada di Inggris, misalnya lengkapnya jenis bahan kimia untuk menghilangkan berbagai musuh bahan pustaka, tersedianya pengusaha komersial dalam bidang penjilidan atau dalam bidang pelestarian, memberikan kesempatan kepada para pustakawan untuk memilih cara terbaik dalam pelestarian bahan pustaka yang sesuai dengan kondisi di tempat mereka. Banyaknya perpustakaan rujukan yang telah berhasil melakukan program pelestarian seperti The British Library atau Universitas Cambridge, merupakan tempat yang baik bagi para pustakawan di Inggris untuk belajar langsung ke lapangan.
Keadaan Pelestarian di USA
Banyaknya faktor pendukung menyebabkan sistem pelestarian di Amerika Serikat sangat maju. Faktor pendukung tersebut di antaranya, para pakar yang dengan rajin memberikan konsultasi dan menuliskan pengalaman mereka pada majalah profesional maupun dalam bentuk buku yang jelas dan mudah diikuti. Persaingan sehat antara para pakar menimbulkan gairah kerja bagi mereka para pustakawan bagian pelestarian. Faktor pendukung yang lain ialah adanya penyangga dana dari yayasan atau pemerintah federal untuk proyek atau program pelestarian yang baik.
Faktor selanjutnya ialah adanya laboratorium yang dimiliki oleh perpustakaan besar, dan percobaan-percobaan yang mereka lakukan demi kemajuan bidang pelestarian. Adanya kepeloporan yang tangguh dalam menciptakan tenaga pelestarian terdidik, dari waktu ke waktu dan dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi.
Faktor pendukung lainnya ialah kesediaan bekerja sama antara perpustakaan yang satu dengan yang lain baik dari suatu daerah lokal, regional, sampai tingkat nasional. Sistem komunikasi yang mudah dan murah mendukung terselenggaranya kerja sama dalam pelestarian tersebut.
Keadaan Pelestarian di Puerto Rico (Amerika Latin)
Iklim daerah tropis sangat tidak mendukung pelestarian bahan pustaka. Haydee Munoz Sola memberikan gambaran program pelestarian yang ada di kampus Medical Services University of Puerto Rico di Rico Piedras. Sebelum masuk kepada permasalahannya ia menceritakan sedikit tentang sejarah perpustakaan dan sejarah pelestarian. Iklim tropis dengan berbagai ciri-cirinya yang dapat merusakkan koleksi perpustakaan dan banyaknya kendala yang harus dihadapi oleh perpustakaan di daerah tropis termasuk kurangnya anggaran untuk menyelenggarakan program pelestarian. Kemudian ia menceritakan letak geografis Puerto Rico yang banyak bencana alam seperti badai, banjir, angin puyuh dan sebagainya.
Perpustakaan kesehatan Puerto Rico memiliki koleksi khusus yang disebut The Ashford Collection, yang memiliki 3000 dokumen yang berupa buku dan korespondensi. Dokumen ini sangat penting untuk penelitian penyakit di daerah tropis. Karena itu perlu diawetkan.
ORGANISASI, LEMBAGA RISET, DAN LEMBAGA PENDIDIKAN BIDANG PELESTARIAN
Organisasi Lokal, Nasional, dan Internasional
Organisasi Bidang Pengawetan sangat berjasa dalam mengembangkan bidang ini. Mereka menyelenggarakan seminar, workshop dan pertemuan atau diskusi lainnya. Banyak buku petunjuk dibuat untuk disebarluaskan oleh organisasi ini. Begitu pula latihan keterampilan banyak diberikan oleh para organisasi tersebut.
Ada tiga macam organisasi bidang pelestarian yaitu: (1) organisasi lokal, (2) organisasi nasional, (3) organisasi internasional.
Yang dimaksud dengan organisasi lokal ialah organisasi yang sifatnya hanya berlaku lokal, menurut daerah-daerah tertentu. Di Indonesia tidak ada organisasi semacam ini.
Organisasi pelestarian yang bersifat nasional di Indonesia juga belum ada.
Lembaga Riset, dan Pendidikan Teknisi/Profesional
Lembaga riset penting untuk mendukung kehidupan dan perkembangan suatu profesi. Karena itu, kita sering menemukan R & D yang artinya Research & Development, sepasang kata yang bergandengan sebagai suatu sebab akibat dari suatu kegiatan. Penelitian diadakan untuk mencapai suatu perkembangan. Begitu pula dalam profesi pelestarian dan pengawetan dokumen, perlu diadakan berbagai penelitian untuk memperoleh perkembangan dalam bidang tersebut. Saat ini di Indonesia belum memiliki lembaga riset bidang pelestarian.
Jurusan ilmu perpustakaan Fakultas Sastra UI memberikan pendidikan pelestarian sebagai satu mata kuliah saja berjudul: Pelestarian dan Pemeliharaan Bahan Perpustakaan untuk program S1, S2 dan S0 perpustakaan dan D III Kearsipan.
Ada tiga jenis tenaga dalam bidang pelestarian yaitu:
-
Pustakawan untuk pelestarian, yang mengepalai Bagian Pelestarian di perpustakaan.
-
Konservator, yaitu orang yang langsung bertanggung jawab untuk memperbaiki dokumen.
-
Teknisi Bidang Konservasi.
Rencana Pembentukan Bagian Pelestarian untuk Perpustakaan
Dalam menentukan kebijakan program pelestarian, kita harus selalu melihat kepada keadaan fisik bahan perpustakaan. Ini dipergunakan sebagai titik tolak perbaikan, menentukan lama, dan skala prioritas pelestarian. Bagian pelestarian tidak kalah penting dengan bagian-bagian lain di perpustakaan. Bagian ini memang sangat penting untuk dimiliki karena dapat meningkatkan mutu pelayanan perpustakaan. Dengan adanya
bagian ini diharapkan sewaktu-waktu buku diperlukan sudah tersedia di rak. Kalau ada kerusakan cepat dapat diperbaiki.
Selanjutnya faktor-faktor lain yang harus diperhatikan ialah keadaan koleksi perpustakaan, apakah koleksi tersebut sudah memenuhi kebutuhan pembaca, apakah koleksi tersebut banyak rusak atau koleksi tersebut tidak perlu dilestarikan. Faktor kedua adalah penggunaan koleksi secara padat atau tak pernah digunakan sama sekali. Faktor selanjutnya ialah tuntutan pemakai yang selalu menghendaki koleksi yang rapih. Faktor bangunan dan ruangan tempat menyimpan buku juga diperhatikan. Dalam melestarikan koleksi ada tiga hal yang diperhatikan yaitu: 1) Bahan apa saja yang perlu dilestarikan?, 2) Untuk berapa lama bahan dilestarikan?, 3) Alat-alat apa yang dipergunakan untuk melestarikan? Dalam melestarikan bahan pustaka kita harus melihat: 1) subjek, 2) format, 3) usia bahan, 4) penggunaan bahan.
Mengenai lama bahan dilestarikan itu tergantung dari keperluan perpustakaan. Pembentukan suatu program pelestarian di suatu perpustakaan dapat dimulai setelah semua fihak dari bagian-bagian lain perpustakaan menyetujuinya.
Sesudah semuanya jelas, maka dapat disusun pedoman tentang kebijakan pelestarian yang dapat dipakai oleh pihak pimpinan untuk membentuk program pelestarian di perpustakaan tersebut untuk kepentingan pelestarian.
Program pelestarian bahan perpustakaan di suatu perpustakaan tidak akan sama dengan program pelestarian yang dimiliki perpustakaan lain. Karena itu suatu model yang paling canggih pun tidak akan dapat memenuhi keperluan bagi semua perpustakaan
Diambil dari http://massofa.wordpress.com
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda